Senin, 29 Juni 2009

Survei Pemilu "Kompas" MENAKAR CAKUPAN PEMILIH SBY-BOEDIONO

BAMBANG SETIAWAN

Dua pencapaian penting dalam pemilihan umum presiden 2009, yaitu elektabilitas dan cakupan wilayah perolehan suara, tampaknya bukan persoalan yang begitu sulit untuk diraih pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan Litbang Kompas di 33 provinsi pada awal hingga pertengahan Juni, pasangan tersebut diperkirakan akan unggul dengan meraih suara di atas 50 persen. Sementara, jika dilihat dari cakupan wilayah, pasangan ini diperkirakan mampu memenuhi syarat minimal perolehan suara 20 persen di setengah jumlah provinsi yang ada di seluruh Indonesia.

Dengan jumlah calon hanya tiga pasang, syarat yang digariskan Undang- Undang No 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tidak terlalu sulit untuk dilalui. Undang-undang itu menyebutkan, pasangan calon terpilih adalah pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara dalam pemilu presiden dan wakil presiden dengan sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia.

Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono diperkirakan akan meraih suara mayoritas (sekitar 66,6 persen suara—berdasarkan hasil survei dengan metode simulasi pencontrengan). Jika ini terjadi, komponen penilaian berikut akan mengarah pada sebaran suara yang diraih. Seberapa berat bagi pasangan ini melampaui penguasaan wilayah?

Ketika pilpres putaran pertama 2004, dengan hanya meraih 33,57 persen saja, pasangan SBY-Jusuf Kalla waktu itu mampu melewati syarat 20 persen suara di 29 provinsi dan menang di 18 provinsi. Dalam putaran kedua, pasangan SBY-JK juga meraih 28 dari 32 provinsi.

Bagaimana dengan pilpres putaran pertama 8 Juli nanti?

Kalau dilihat dari suara yang diraih oleh koalisi Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saja dalam pemilu legislatif yang lalu, pasangan SBY-Boediono mampu mengumpulkan 20 persen suara di semua provinsi. Meski demikian, soliditas pemilih partai dalam pilpres mendatang akan tetap diuji.

Dari mana datangnya dukungan untuk SBY?

Jika dilihat karakteristik yang melekat pada sosial ekonomi responden, pasangan SBY-Boediono cenderung memiliki dukungan yang luas dari semua segmen. Meski demikian, dukungan paling kuat terhadap pasangan ini terkonsentrasi pada kelompok menengah dengan pengeluaran rata-rata per bulan sekitar Rp 900.000. Kelompok dengan pendidikan antara SD dan SMA juga menjadi pendukung terkuat pasangan ini dibandingkan pasangan calon lainnya.

Berbeda dengan pasangan lainnya, responden pada kelompok pekerjaan yang mendukung pasangan SBY-Boediono lebih dicirikan oleh karakteristik pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai swasta, dan kalangan wiraswasta. Kalangan dengan karakteristik seperti ini, dalam survei ini mencapai sekitar 53 persen.

Dukungan juga tampak cukup solid dari partai-partai koalisi pengusung pasangan ini, seperti Partai Demokrat, PKS, PAN, PKB, dan PPP. Gerakan-gerakan politik sejumlah elite partai pengusung yang menyeberang ke kubu lawan tampaknya tidak membuat dukungan pemilih partai terpengaruh. Bahkan, pasangan ini diprediksi mendapat limpahan suara yang cukup signifikan dari partai-partai pengusung lawan politiknya.

Citra SBY sosok yang diusung oleh Partai Demokrat yang lekat dengan massa dari perkotaan tampaknya mulai mencair dengan menguatnya basis pedesaan dalam pilpres kali ini. Suara yang diberikan untuk pasangan SBY- Boediono cenderung merata, baik dari wilayah dengan karakteristik pedesaan maupun perkotaan.

Kemenangan Partai Demokrat dalam pemilu legislatif lalu juga mendorong pemilih kian memantapkan dukungan kepada calon petahana (incumbent) ini. Mereka yang terpengaruh hasil pemilu cenderung memilih pasangan SBY-Boediono. Hal ini ditunjukkan kesepakatan 82,8 persen responden yang menyatakan, SBY sebagai calon dari partai pemenang pemilu yang harusnya menjadi presiden.

Selain itu, unsur primordialitas yang paling berpengaruh besar dari segi modal sosial, yaitu kelompok etnis Jawa dan Sunda serta pemeluk agama Islam yang beraliran Nahdlatul Ulama (NU), juga menjadi karakteristik yang kini melekat pada pasangan SBY-Boediono. Dukungan juga sangat menonjol dari pemilih yang beretnis Aceh. Sebelumnya, wilayah Aceh memang menjadi lumbung suara bagi Partai Demokrat. Di sini perolehan suara dua kali lipat dari rata-rata suara nasional yang dicapai Demokrat.

Selain beberapa unsur di atas, pasangan SBY-Boediono juga diuntungkan oleh dukungan kaum perempuan dan mereka yang berusia muda hingga matang (17-49 tahun).

Sosok militer yang disandang SBY menjadi keuntungan dalam percaturan perebutan kursi presiden saat ini dan terutama bagi mereka yang menginginkan figur presiden dari militer kecenderungan memilih pasangan SBY-Boediono jauh lebih besar daripada terhadap pasangan lainnya.

Citra

Citra SBY terbentuk oleh beberapa perspektif. Tidak hanya kinerja, tetapi publik menilai sosoknya dari bermacam pandangan. Keragaman pandangan itu tampak dalam apa yang dipikirkan publik secara seketika manakala kepadanya disebutkan nama SBY. Kinerja hanyalah salah satu hal yang langsung diingat, tetapi bukan yang utama bagi publik. Kinerja yang dibalut kepribadian, tingkah laku, kemampuannya memimpin, dan sosok fisik menjadi kekuatan yang menyatu dengan popularitasnya.

Aspek kepribadian, seperti ketegasan, keramahan, kejujuran, kesabaran, kesederhanaan, dan kerendahan hati, diungkapkan 20 persen responden. Sementara aspek yang terkait dengan kinerja, seperti pemberantasan KKN, BLT, sekolah gratis, prorakyat, raskin, mengatasi kemiskinan, menciptakan perdamaian, perekonomian, kesehatan gratis, turunnya harga BBM, konversi minyak, dan kesejahteraan PNS, disebutkan oleh 11,7 persen responden.

Pertautan citra dan tren elektabilitas yang melekat pada pasangan SBY-Boediono memang cenderung mengokohkan diri sebagai calon terkuat untuk unggul di putaran pertama dengan mudah, tetapi bukan tidak mungkin terjadi perubahan arus politik dalam beberapa hari ke depan.

(BAMBANG SETIAWAN/Litbang Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog