Senin, 29 Juni 2009

Boediono TERPANGGIL MENERTIBKAN DUNIA

BAGUS TAKWIN, NINIEK L. KARIM, NURLYTA HAFIYAH, DAN DICKY PELUPESSY

Jika kebanyakan orang ”mengharap burung terbang, burung di tangan dilepaskan”, Boediono lebih suka menjaga burung di tangan, menangkap burung terbang.

Kecenderungan mantan Menteri Keuangan ini mengindikasikan adanya sifat rasional dalam terminologi ekonomi, menalar secara cermat perbandingan untung rugi, dipadu dengan sifat realistik yang mendasarkan keputusan pada hal yang tinggi tingkat kepastiannya.

Ia terlebih dahulu memfokuskan diri mengurus apa yang ada dan mengelola sumber daya yang sudah jelas dan pasti dimiliki, baru kemudian menambah aset baru. Dengan sifat seperti itu, ia mampu menjadi penjaga ekonomi yang tangguh, hemat, dan penuh perhitungan.

Tampaknya, prinsip pengelolaan keuangan, mengelola pengeluaran sebagai keutamaan, dipegang teguh Boediono. Ia tak segan memangkas fasilitas dan biaya yang tak terlalu relevan dengan peningkatan kinerja pemerintah.

Tampak jelas di sini bahwa yang dipegang Boediono: yang sudah pasti adalah pengeluaran, maka itu yang harus dikelola lebih dahulu, sedangkan pemasukan tidaklah pasti. Ia menyatakan diri sebagai orang yang berprinsip ”...jangan mengambil apa yang bukan haknya”. Boediono konsisten dan konsekuen dalam pengelolaan ekonomi. Pengetahuan yang ia ajarkan kepada mahasiswa diterapkannya dalam praktik.

Kemampuan Boediono bertahan menghadapi krisis sudah ditunjukkannya dalam kesempatan mengelola ekonomi secara efisien, baik ketika ia menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (1998- 1999), Menteri Keuangan (2001- 2004), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2005- 2008), dan Gubernur Bank Indonesia (2008-2009).

Dalam kehidupan pribadi, ia menunjukkan diri sebagai orang yang hemat dan cermat berhitung. Pria bergelar doktor ekonomi bisnis dari Wharton School University of Pennsylvania, Amerika Serikat, ini tampaknya menerapkan juga prinsip dan perhitungan ekonomi dalam menata keuangan rumah tangganya. Kehidupan sederhana dijalaninya, bahkan setelah ia beberapa kali menduduki jabatan menteri. Teman dan sebagian besar orang yang pernah berinteraksi dengannya menangkap kesan Boediono adalah orang yang rendah hati, ugahari, dan bersahaja.

Beberapa dari mereka bercerita, rumah pribadi Boediono di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta, tergolong sederhana. Kursi di rumah itu sudah banyak yang lusuh. Walau, ternyata, berdasarkan catatan pemeriksaan kekayaan calon pejabat, ia punya kekayaan Rp 22,06 miliar.

Sifat realistik dan mengarah tujuan yang moderat sering ditampilkannya. Ia kini ikut bersaing dalam Pemilu 2009 di Indonesia sebagai cawapres mendampingi SBY. Di sini, sifat konservatif pun tampak pada diri Boediono yang diakuinya ketika ia menetapkan sasaran pertumbuhan sekitar 7 persen untuk Indonesia pada tahun 2014. Menurut dia, pertimbangan yang konservatif perlu karena setiap yang diputuskan menyangkut nasib seluruh rakyat Indonesia. Caranya mendekati masalah memang terkesan cenderung konservatif. Ia selalu menjaga yang dimiliki, berhitung bertindak cermat, hati-hati, dan mempertimbangkan semua aspek.

Boediono memang menampilkan ciri-ciri dari orang yang berpegang pada prinsip yang sudah terbukti dapat ia andalkan. Ia tidak suka spekulasi, kurang tertarik pada yang imajinatif.

Meski semakin banyak orang yang kenal Boediono dan kini ia menjadi salah satu orang Indonesia yang banyak dibicarakan, latar belakang keluarga dan kehidupan pribadinya jarang diungkap ke publik. Sulit mencari informasi tentang sejarah masa kecil, seluk-beluk kehidupan keluarganya.

Boediono tercatat lahir pada 25 Februari 1943 di Blitar, Jawa Timur, dari pasangan suami istri Ahmad Siswa Sarjono dan Samilah. Teman-temannya mengenalnya sebagai orang sederhana lulusan SMAN I Blitar, cerdas, suka nonton film koboi, dan pendiam meski ia juga cepat tanggap terhadap humor. Tak ada informasi lebih rinci. Ia tampak tidak merasa penting untuk berihwal tentang kehidupan pribadinya.

Media massa pun lebih banyak membahas sepak terjang Boediono dalam perannya sebagai pejabat pemerintah. Bahkan, aktivitasnya sebagai dosen pun jarang diberitakan. Ia bukan orang yang merasa nikmat untuk bercerita perihal pribadinya, ia dikenal sebagai orang yang jarang tampil di hadapan publik.

Aspek Kognitif ”Trait” (sifat), ”Belief” (kepercayaan), Kompleksitas Pikiran, dan Pola Penalaran

Sedikitnya informasi tentang kehidupan pribadi Boediono yang mengindikasikan dirinya sebagai orang yang cenderung tertutup sejalan gambaran aspek emosionalnya. Ia tampak sangat mengontrol tingkah lakunya, kalem, dan introspektif.

Ia bukan tipe orang yang dapat memanipulasi ekspresi emosi, bukan juga jenis orang yang dapat menampilkan ekspresi emosi yang dibuat-buat hanya untuk sekadar menyenangkan orang lain. Ekspresi emosinya apa adanya. Wajar bila tertangkap oleh masyarakat sebagai ekspresi ketulusan sebagaimana muncul dalam hasil FGD maupun survei (n> 2198) dalam penelitian ini.

Boediono memang tidak mudah terusik secara emosional dan hanya menggunakan sedikit energi untuk hal yang berkaitan dengan emosi. Namun, ia dapat menanggapi rangsang emosional secara hangat meski dengan ekspresi yang cenderung kurang bervariasi alias cenderung sama.

Dalam tipologi temperamen yang digunakan Wilhelm Wundt dan dilengkapi Eysenck, ciri tersebut termasuk tipe orang plegmatik, yaitu orang yang tidak suka larut dalam situasi emosional, selalu memiliki alasan yang jelas untuk tiap tingkah laku, termasuk ekspresi yang ia tampilkan, berpegang pada prinsip, dan berkemauan keras.

Dari kecenderungan lebih memanfaatkan dan mengolah aset-aset yang dimiliki ketimbang mencari tambahan aset lewat bantuan atau pinjaman dari pihak luar serta kecenderungan menstabilkan obyek-obyek di luar diri, Boediono dapat digolongkan tipe introvert dalam tipologi Carl Gustav Jung (1875-1961).

Tipe orang yang lebih suka menggunakan energi psikis di dalam diri, terus-menerus berusaha mereduksi gairah dan hasrat terhadap obyek di luar diri, dan lebih berusaha mengendalikannya. Ia bukannya meragukan apa yang ada di luar dirinya, tetapi ia akan memilih penentu subyektif sebagai patokan dan standar untuk menata obyek di lingkungannya.

Sebagai contoh, saat menghadapi krisis, ia tidak menolak atau mengabaikan krisis itu, tetapi Boediono berusaha mencari dan menentukan prinsip yang menurutnya dapat mengendalikan obyek terkait krisis itu.

Prinsip ia pilih dan digunakan sebagai kekuatan yang ia yakini, meski kadang keberatan diajukan orang kepadanya. Sumber prinsip tersebut bisa dari teori atau pengalaman. Dengan prinsip itu sebagai faktor pengarah, ia memaknai dan mengendalikan lingkungannya secara khas. Pemilihan penggunaan prinsip dengan alur seperti itu disebut sebagai penentu subyektif.

Orang yang introvert seperti Boediono sulit dikategorisasi menggunakan kategori yang umum ada di masyarakat. Tipe ini cenderung memanfaatkan kerangka pikir yang unik. Ciri yang menonjol pada orang introvert tampak pada diri Boediono, seperti mementingkan stabilitas, pendiam, tertutup, tak mudah dipengaruhi, dan pemalu.

Dengan introvert-nya dan kecenderungan memanfaatkan berpikir sebagai fungsi psikis yang dominan, Boediono cenderung berespons terhadap obyek-obyek secara abstrak. Ia berusaha menemukan kesamaan dari beragam gejala dan mengelompokkannya berdasarkan kategori-kategori tertentu agar masalah menjadi lebih sederhana dan mudah diselesaikan.

Abstraksi semacam itu adalah abstraksi yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan dengan demikian kita bisa simpulkan bahwa Boediono adalah orang yang percaya kepada ilmu pengetahuan.

Sifat ini tertangkap oleh masyarakat dalam hasil FGD maupun survei (n> 2198) dan didukung amatan kelompok psikolog. Parsimony atau kesederhanaan yang menjadi salah satu prinsip penting dalam ilmu pengetahuan tampaknya juga menjadi prinsip guru besar Ekonomi UGM ini. Sejalan dengan asumsi ilmu pengetahuan yang memandang alam semesta bekerja mengikuti mekanisme tertentu, Boediono juga cenderung memandang segala sesuatu, termasuk ekonomi, diatur oleh mekanismenya masing-masing.

Sebagai orang yang mementingkan stabilitas dan percaya ada mekanisme yang mengatur segala sesuatu, Boediono cenderung percaya bahwa kehidupan politik merupakan ajang untuk membangun harmoni. Kata dan frase dalam kalimat yang diutarakannya mengimplikasi usaha pencapaian harmoni. Meredam, menyesuaikan, menjaga stabilitas, membaik, mengembalikan kepercayaan, membuka diri untuk perbaikan, dan mohon maaf menampilkan indikasi kepercayaan itu. Ini juga menandai kecenderungannya menghindari konflik, menjaga segalanya berjalan stabil, termasuk juga menjaga perasaan orang lain.

Meskipun menyukai cara hidup sederhana, selalu berusaha menyederhanakan masalah yang kompleks, dan menyukai stabilitas, pikiran Boediono menunjukkan struktur kognitif yang kompleks. Ia cenderung melihat permasalahan dari berbagai dan beragam sudut pandang dan mampu mengintegrasikannya untuk menyelesaikan masalah. Justru tingginya kompleksitas pikiran ini yang membuatnya dapat menemukan pola-pola umum dari beragam gejala yang sepertinya tak beraturan. Dengan daya abstraksi yang tinggi, didasari prinsip yang dipegang, ia menyederhanakan hal kompleks.

Motif sosial

Indikasi motif berprestasi Boediono sangat menonjol, jauh lebih tinggi daripada kebutuhannya berkuasa dan membina hubungan sosial. Ia cenderung membidik tujuan realistik dan moderat.

Motif berprestasi ini sejalan dengan sifat hati-hati, disiplin, berkemauan keras, berambisi memperoleh hasil terbaik, mementingkan pencapaian kemajuan meski sedikit demi sedikit, berpegang pada patokan yang pasti dan andal, serta suka bekerja menggunakan prinsip yang jelas dan teruji efektivitasnya dalam praktik.

Sifat ini membuatnya menjadi konservatif dan kurang tertarik untuk berimajinasi. Ia bukan jenis orang yang suka mencari-cari ide baru dan mencoba-coba cara baru dalam menyelesaikan masalah. Ia tidak suka bertaruh. Implikasinya, Boediono kurang tertarik pada pemikiran atau ide transformatif-revolusioner.

Boediono bukan jenis orang yang spontan, ia tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan. Sebelum menentukan keputusan tentang suatu masalah, ia akan mempertimbangkan berbagai hal yang relevan. Dalam proses pencapaian tujuan, ia akan memanfaatkan berbagai sumber daya dan bantuan, mengatasi dan menghindari hambatan, serta menggunakan tujuan perantara yang mendekatkannya kepada hasil terbaik.

Untuk menjaga dan menjamin kemajuan dalam pencapaian tujuan, Boediono menghindari spekulasi dan tindakan yang mengandung risiko ekstrem. Jika pun keputusan yang diambil mengandung risiko, itu adalah risiko moderat. Tetapi, Boediono bukan orang yang mau ”mencari gampangnya”, bukan juga orang yang ingin ”main aman” atau safety player. Ia tetap menggunakan prinsip yang ia percayai dan yang dianutnya dalam penyelesaian tiap masalah.

Orang yang digerakkan oleh motif berprestasi berorientasi pada penyelesaian masalah dan pencapaian tujuan. Ciri ini menonjol pada diri Boediono. Yang terpenting, menurut dia, adalah langkah nyata untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Dari sini dapat dipahami, Boediono adalah seorang teknokrat yang beorientasi pada penerapan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis.

Kepribadian dan Kepemimpinan Boediono

Sesuai dengan sifat introvert-nya, dalam memimpin pun Boediono cenderung berusaha menata yang dipimpinnya dan mengelola sumber daya menggunakan prinsip yang dipegang secara kukuh. Ia dapat menjadi rujukan bagi orang yang dipimpinnya karena memiliki kerangka pikir dan tindakan yang jelas untuk menangani masalah yang dihadapi. Arahannya yang jelas memudahkan orang yang dipimpin untuk menampilkan tindakan yang dibutuhkan. Pengalaman sebagai dosen menguatkan kemampuan ini.

Penguasaan bidang yang digeluti Boediono membuat orang segan kepadanya. Ia dapat diandalkan untuk menyelesaikan tugas yang diembannya. Disiplin dan ketenangannya mendukung aktivitas pencapaian tujuan.

Dalam masa krisis, orang seperti Boediono dapat mengendalikan situasi dan mencegah berlarutnya krisis. Kemampuan abstraksi yang tinggi memungkinkannya melihat permasalahan secara menyeluruh dan menemukan titik-titik utama dari permasalahan. Dengan kemampuan itu, ia dapat menemukan solusi-solusi yang efektif dan efisien.

Kemampuannya menstabilkan keadaan menjadi kekuatan utama yang mendukung kepemimpinannya. Keputusan yang moderat, menghindari spekulasi dan alternatif solusi ekstrem memungkinkan situasi tetap stabil, lalu selangkah demi selangkah mencapai kemajuan.

Boediono dapat menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, menjaga integritas diri, dan menjadi teladan bagi bawahannya. Ia akan merasa terpanggil untuk ikut menata situasi yang tak stabil. Ia juga dapat berperan sebagai guru bagi bawahannya. Guru besar yang hampir tak pernah bolos mengajar ini mengesankan dirinya sebagai resi yang merasa terpanggil untuk turut menertibkan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog