Minggu, 28 Juni 2009

Prabowo Subianto PRAJURIT CIJANTUNG YANG MENAPAK JALUR POLITIK


Kakeknya, Margono Djojohadikusumo, adalah salah satu pendiri Partai Indonesia Raya (Parindra) dan pendiri Bank BNI 1946.


Banyak orang mengira, karier Prabowo Subianto akan tamat selepas dari militer. Ternyata anggapan itu pupus. Dua belas tahun seusai melepas jubah militernya, kini Prabowo mendampingi Megawati sebagai calon wakil presiden. Pemilu presiden Juli nanti akan menjadi ajang pertarungannya yang baru di medan politik.

Prabowo yang dilahirkan 17 Oktober 1951 di Jakarta adalah anak ketiga dari begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo dengan Dora Marie Sigar. Masa kecil Prabowo bersama kedua orangtuanya banyak dilewatkan di negara-negara di Benua Asia dan Eropa. Dalam lingkungan itu, ia menguasai setidaknya empat bahasa asing, yakni Inggris, Jerman, Perancis, dan Belanda.

Minat Prabowo pada dunia kemiliteran merujuk pada karier kedua pamannya, Letnan Sujono Djojohadikusumo dan Sersan Mayor Subianto Djojohadikusumo. Kedua pamannya ini gugur dalam Peristiwa Lengkong di Tangerang tahun 1946.

Akhirnya ia menetapkan hati untuk memilih pendidikan di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) di Magelang. Saat bersamaan padahal ia juga diterima di Fakultas Ekonomi Colorado University dan George Washington University. Bak meteor, karier militernya memang melesat berkat kemampuannya sebagai prajurit tempur.

Tamat dari akademi militer tahun 1974, dua tahun berselang ia bergabung dengan Kopassandha, cikal bakal Kopassus. Dalam 24 tahun karier militernya (1974-1998), lebih dari separuhnya dijalani Prabowo dalam korps baret merah yang bermarkas di Cijantung ini. Puncak kepemimpinan komandan jenderal pun direngkuhnya. Di tangannya, korps ini berkembang kukuh menjadi lima grup dengan tambahan 5.000 personel.

Namun, terjadi arus balik dalam kariernya. Saat dia menjadi Panglima Kostrad (1998), muncul ”Peristiwa Mei 1998” yang berakibat pada mundurnya Presiden Soeharto. Prabowo pun terkena imbasnya, ia dituding berada di belakang kasus penculikan sejumlah aktivis. Peristiwa inilah yang membuat Prabowo harus melepas dinas kemiliterannya.

Prabowo pun ”menyepi” ke Jordania dan sejumlah negara di Eropa dan Asia selama sekitar dua tahun. Sekembalinya ke Tanah Air, ia menjadi pengusaha dengan mengelola PT Kiani Kertas.

Jalur politik pun kemudian dirambahnya. Nama Prabowo sempat masuk dalam bursa capres dari Partai Golkar untuk Pilpres 2004. Namun, ia kalah bersaing, tetapi tetap berkiprah di jajaran pengurus Golkar. Selain itu, kiprah dunia organisasi massa pun ia geluti dengan terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.

Setahun menjelang pemilu legislatif digelar, ia kemudian ikut membidani berdirinya Partai Gerakan Indonesia Raya. Partai ini akhirnya berhasil meloloskan wakilnya ke DPR karena berhasil meraih 4,2 persen suara.

Dari partai ini pula ia kemudian dicalonkan untuk mendampingi calon presiden dari PDI-P, Megawati.

 Karier Militer

Jejak Prabowo Teks: Indah S Wardhani, MG Retno Setyowati, Litbang Kompas Sumber: Litbang Kompas

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog