 |
MALANG, KOMPAS.com — Kandidat wakil presiden dari pasangan nomor urut 3, Boediono, mengaku tak tahu kenapa salah satu tokoh reformasi 1998 Amien Rais demikian menolak dirinya saat dipilih Susilo Bambang Yudhoyono mendampingi sebagai calon wakil presiden. Boediono menjawab wartawan di Malang, Kamis (11/6) malam, tidak tahu itu dan meminta menanyakannya saja kepada Amien Rais.
Boediono berada di Malang sejak Kamis, dan dijadwalkan berkampanye bersama-sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono hari Jumat (12/6) ini. Sejumlah rekanan "perekayasaan citra dirinya" tampak menyertai, yakni Rizal Mallarangeng. Tampak hadir juga ekonom Chatib Basri. Tim ini mengundang wartawan makan malam di Restoran Kertanegara, dan sekitar pukul 21.00 mempersilakan wartawan bertanya jawab.
Wartawan menanyakan kembali seputar konsep-konsep ekonomi pemerintahannya bersama SBY jika terpilih nanti, dan Boediono kembali menjelaskan tentang komitmen dukungannya pada ekonomi kerakyatan.
Pengertian ekonomi kerakyatan, ekonomi untuk rakyat, ekonomi pro rakyat, atau apa pun bentuknya adalah semua kebijakan sistem ekonomi yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat. "Jadi bukan masalah pertumbuhan ekonomi, inflasi, kurs, sebab semua itu hanya sasaran antara. Sasaran akhirnya adalah kepentingan penyejahteraan rakyat," katanya.
"Jadi kalau sistem ekonomi itu arahnya ke sana (kesejahteraan rakyat), maka itulah ekonomi kerakyatan. Menurut pandangan kami, tidak usah kita berdebat soal terminologi," katanya.
Ia juga menjelaskan, tidak merasa terkena stigma dengan berbagai sebutan yang ditimpakan kepadanya, dan hal itu menurutnya tidak penting. "Sebab stigmanya enggak jelas juga. Neolib itu istilah asing yang berasal dari Amerika Serikat, pandangan ekstrim kanan dalam pandangan mazhab pengelolaan ekonomi. Bahkan, di AS kini tidak menerapkan kebijakan ekonomi itu. Obama jelas bukan neolib, sebab Obama dari Partai Demokrat," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar