Senin, 29 Juni 2009

S BY -BOEDIONO Paduan Kehatian-hatian dan Kecermatan yang Menonjol

Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy

Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono adalah orang yang sama-sama mengontrol tingkah lakunya dengan ketat. Sebagai orang yang introvert, Boediono tampil kalem, introspektif, tidak larut dalam situasi emosional, dan selalu memiliki alasan jelas dalam bertingkah laku. Sebagai anak tunggal yang charming, SBY selalu menunjukkan tindak tanduk yang terjaga, sopan, tenang, bahkan bila dihampiri masalah yang bertubi ia mampu menahan emosi. SBY yang terkesan serba formulatif dan tidak spontan dalam bereaksi itu menjadi lebih ”hangat” ketika dipasangkan dengan Boediono yang kalem, yang dapat menunjukkan ekspresi yang lebih apa adanya. Dengan pembawaan yang santun, keduanya membentuk wibawa dan karisma yang membuat publik merasa tenang dan nyaman.

Baik SBY dan Boediono memiliki sifat hati-hati yang menonjol. Boediono adalah orang yang konservatif ketika mendekati masalah, berhitung dan bertindak cermat, serta mempertimbangkan semua aspek. Ia berpegang teguh pada prinsip yang terbukti dapat diandalkan.

SBY berusaha menguasai masalah secara menyeluruh, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan mempertimbangkan banyak hal serta melibatkan banyak orang. Oleh karena itu, SBY sering terkesan pasif dan kurang tegas. Terlepas dari kemungkinan ia menampilkan hal sebaliknya di ruang yang tidak tertangkap publik, masyarakat mendapat kesan bahwa SBY lama dalam mengambil keputusan, terlalu hati-hati, dan ragu-ragu.

Dalam hal ini, ia membutuhkan pasangan yang dapat mendorongnya lebih cepat dan lebih tegas melakukan tindakan. Boediono dengan pembawaannya yang santun, tetapi menekankan prinsip yang pasti dapat mengambil peran dalam hal ini, terutama bila menyangkut keputusan yang berkaitan dengan nasib dan hak hidup masyarakat luas, dengan lebih fokus pada penyelesaian masalah.

SBY pada hakikatnya adalah orang yang sangat hati-hati, sedangkan Boediono adalah orang yang cermat. Dengan struktur kognitif yang kompleks, mereka mampu memahami masalah secara komprehensif, memahami beragam sudut pandang, dan mengintregrasikannya.

Pada SBY, ia mampu mengenali berbagai sudut pandang dan dimensi permasalahan, yang jika ia mau, sebenarnya ia bisa menggunakannya untuk mencari solusi yang tepat. Namun, kecenderungannya menghindari konflik dan terlalu hati-hati membuatnya kurang berani mengambil risiko.

Boediono juga tergolong konservatif dalam mendekati masalah dengan berpegang pada patokan yang pasti dan andal. Ia lebih memilih menghindari kemungkinan mengambil solusi yang salah daripada menerima kemungkinan solusi baru yang benar.

Boediono menghindari spekulasi dan tindakan yang mengandung risiko ekstrem. Ia dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam situasi yang diperlukan, tapi lebih terbiasa mempertimbangkan solusi dengan matang. Ciri yang relatif sama ini dapat saling mengisi sehingga bisa menghasilkan kinerja yang solid dan utuh. Namun, dapat juga menjadi sandungan manakala mereka dihadapkan pada pilihan yang mengandung risiko besar. Dalam situasi demikian, Boediono perlu mendukung SBY agar dapat mengambil keputusan yang matang dengan cepat.

Manakala keterbukaan pikiran SBY bertemu dengan keteguhan prinsip Boediono apakah yang mungkin terjadi? Keterbukaan pikiran dalam menyerap dan memahami hal yang berbeda membuat SBY cenderung mempertimbangkan banyak hal.

SBY pada dasarnya tak ingin mengecewakan orang lain dan terbiasa menunggu banyak masukan dari pihak lain sebelum membuat keputusan. SBY mengutamakan nilai sehingga apabila bertentangan dengan logika, nilai akan didahulukan. SBY lebih idealistik, berharap kehidupan di luar dirinya kongruen dengan nilai-nilainya.

Adapun Boediono tampak lebih realistik. Ia berorientasi kepada penyelesaian masalah, dengan berusaha menerapkan teori dalam praktik agar efektif dan efisien. Dengan kerangka pikirnya yang kokoh berdasarkan prinsip yang pasti, ia menalar secara cermat perbandingan untung rugi dan mendasarkan keputusan pada hal-hal yang tinggi tingkat kepastiannya. Boediono menekankan prinsip logika, menilai tinggi efisiensi, dan pengamat yang baik dalam mengambil keputusan.

Masalah mungkin akan muncul dalam hubungan mereka manakala kecenderungan SBY yang lebih mengutamakan nilai daripada logika bertabrakan dengan prinsip logika yang dipegang teguh Boediono.

Untuk mengatasi hal ini, keduanya perlu lebih dinamis dalam berdiskusi. Keduanya memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencapai pemahaman bersama dalam menentukan tindakan yang diambil. Namun, Boediono sebaiknya tidak hanya memberikan saran yang menekankan keajekan prinsip, tetapi juga mengaitkannya dengan nilai yang ingin dicapai lewat keputusan yang hendak diambil. SBY yang pada hakikatnya terbuka terhadap saran akan lebih dapat menerima masukan dengan memerhatikan kongruensi terhadap nilai dalam dirinya.

Keduanya juga sama-sama menonjol dalam hal motif berprestasi. Keduanya cenderung membidik tujuan realistik dan moderat. Sebagai orang yang sama-sama berpikiran moderat, SBY dan Boediono dapat bekerja sama untuk melakukan perbaikan dan menghasilkan kemajuan.

Namun, keduanya cenderung menghindari perubahan radikal dan lebih menitikberatkan pada upaya realistik untuk merespons masalah yang ada di depan mata. Mereka kurang tertarik berandai-andai tentang masa depan untuk melakukan terobosan yang tranformatif.

Fokus keduanya adalah menyelesaikan masalah yang ada, menjaga apa yang ada, dan memperbaiki dalam jangka pendek. Stabilitas ekonomi dan politik, tertib birokrasi, dan pemerintahan yang bersih adalah target pencapaian yang akan dipegang teguh keduanya. Pencapaian target tersebut adalah hal positif dan keharusan.

Namun, tidak bisa dipinggirkan ada banyak masalah bersifat genting dan prinsipiil yang harus segera diatasi. Sebut saja, masalah TKI yang menyangkut keselamatannya, hak asasi mereka, dan harga diri bangsa di mata negara lain; lumpur Lapindo yang menyangkut hak hidup dan masa depan masyarakat Sidoarjo; dan sederet masalah lain yang menuntut penyelesaian berjangka panjang dengan solusi yang visioner dan transformatif.

Oleh karena itu, jika terpilih menjadi presiden (kembali) dan wakil presiden, mereka perlu memberikan perhatian serius pada hal-hal tersebut dengan menelurkan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat banyak, serta melakukan pengawasan efektif. Bagi Boediono, hal ini merupakan tantangan besar. Kemampuannya di bidang keuangan diakui banyak pihak dan dunia luar.

Namun, dengan hanya mengkhususkan diri untuk membantu presiden dalam menjaga kestabilan ekonomi negara, bisa mengecilkan arti peran seorang wakil presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Menghadapi krisis dan mengelola ekonomi negara adalah hal-hal yang pernah, bahkan mungkin biasa, ia tangani, sedangkan membantu presiden menyelesaikan beragam masalah negara dalam berbagai bidang dari kesejahteraan, sosial politik, pendidikan, sampai bencana dan sederet masalah nasional lainnya adalah hal yang relatif baru baginya.

Kemampuannya belajar dengan cepat dan sifat realistik yang dimilikinya akan mengarahkannya secara terfokus, memahami dan mengolah hal-hal baru untuk melakukan perbaikan ataupun menemukan solusi yang feasible dan efektif.

Sementara bagi SBY, jika ia terpilih kembali menjadi presiden, tentunya ia telah belajar dari pengalaman sebelumnya. Dengan kompleksitas pikiran yang tinggi dan sistematik, diharapkan ia tahu kekurangan dan kelemahannya yang dipersepsi oleh masyarakat di periode terdahulu yang harus diperbaikinya bila terpilih lagi.

Misalnya, kecenderungan ”pemimpi” yang cepat tergugah oleh ide dan program inovatif, bahkan ketika itu tampak tak masuk akal, seperti blue energy dan padi supertoy. Mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi SBY di masa depan untuk menantang dirinya dengan kebijakan pengembangan teknologi yang dapat dikembangkan para ilmuwan terkemuka.

Ada banyak masalah nasional yang masih menjadi tuntutan masyarakat terhadap SBY. Hampir seluruh partisipan FGD dalam penelitian kami mengharapkan ia sebagai kepala negara melakukan pemihakan kepada rakyat banyak. SBY tidak lagi dituntut untuk sekadar tampil baik, tetapi melakukan kebijakan dan tindakan pengawasan yang riil dan konkret.

Walau kedua kandidat ini adalah orang yang tak perlu diragukan kecerdasannya, bila mereka terpilih, tetap disarankan untuk selalu melibatkan orang visioner yang dapat membantu, baik dalam pencarian alternatif solusi maupun dalam aplikasi eksekusinya, sekaligus membantu menemukan bayangan masa depan Indonesia yang lebih baik.

Dengan sifat yang terbuka terhadap masukan, mau berubah dengan alasan yang memadai, realistik dan memandang manusia setara, pasangan SBY-Boediono diramalkan bersedia menerima usul-usul kreatif dan produktif demi pemerintahan mereka.

Mereka memerlukan orang yang berani, progresif, cepat bergerak, dan dinamis dengan komitmen tinggi untuk menjadi konseptor penasihat ataupun agen pelaku perbaikan dan perubahan riil di segenap lapisan masyarakat. Dalam hal ini, ada baiknya mereka jeli mengamati kaum muda yang potensial yang dengan energi serta kelincahan berpikirnya bisa memberi masukan berarti juga menjadi pelaksana yang bertenaga segar.

Matang dalam berpikir dan cermat dalam bertindak akan menjadi kekuatan pemerintahan SBY-Boediono. Hati-hati, disiplin, kemauan keras, dan berambisi untuk mendapatkan hasil terbaik meski dengan pencapaian sedikit demi sedikit serta berpegang pada patokan yang pasti dan kukuh dalam prinsip menjadi modal mereka untuk siap menjalani tugas besar ini.

Ditambah kemampuan mengontrol diri, tampilan yang tenang, mereka dapat menjadi pasangan yang diandalkan untuk mengatasi masalah yang bertubi kelak. Wibawa dan karisma yang dimiliki pasangan ini menenangkan dan membuat nyaman masyarakat luas walau untuk menjadi pasangan presiden dan wakil presiden RI di masa kini tidak cukup.

Dengan banyaknya kualitas positif yang dimiliki pasangan dan kesesuaian di antara mereka, terciptanya masyarakat adil makmur, begitu pun kesejahteraan dan kemajuan rakyat Indonesia, semestinya menjadi niscaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog