Kamis, 07 Mei 2009

Mega Tetap Capres PDIP



Lobi dengan Prabowo berlanjut.

JAKARTA -- Spekulasi adanya calon presiden selain Megawati Soekarnoputri, yang akan diusung PDI perjuangan (PDIP), terjawab sudah. Rapat pleno DPP PDIP bulat memutuskan ketua umumnya itu tetap maju sebagai calon presiden (capres) dalam Pemilu Presiden/Wapres (Pilpres) 2009. Tidak ada capres alternatif selain Megawati.

''Rapat PDIP menegaskan, putusan Kongres dan Rakernas PDIP. Capres PDIP hanya satu, Ibu Mega,'' ujar Sekjen PDIP, Pramono Anung Wibowo, seusai rapat, Kamis (7/5) di Jakarta.Pramono membantah partainya mempunyai skenario lain, dengan memunculkan capres bukan Megawati. ''PDIP tetap memperjuangkan Ibu Mega sebagai satu-satunya capres.''

Namun, rapat pleno tak memutuskan siapa cawapres Mega. Pramono berkelit bahwa pendamping Mega akan diputuskan setelah rekapitulasi hasil Pemilu Legislatif, yang rencananya diumumkan KPU pada Sabtu (9/5).Senyampang menunggu hasil rekapitulasi, kata Pramono, PDIP terus mengintensifkan lobi mencari pendamping Mega. Salah satunya dengan Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. ''Mudah-mudahan ada titik temu.''

Lobi dengan Prabowo akan dilakukan secara tertutup, dari hati ke hati. ''Pertemuan terbuka tidak efisien,'' katanya.Pramono menolak spekulasi Prabowo tak mau dijadikan cawapres, dan lobi keduanya berakhir buntu. Termasuk, kemungkinan PDIP tak mengusung capres.Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, mengatakan, pembicaraan antara PDIP dan partainya terus berproses. ''Sekarang masuk tahap penyelesaian.''

Namun, Muzani tak mengungkap apakah itu berarti Prabowo bersedia menjadi cawapres Megawati. ''Saya tak mau berspekulasi,'' katanya.Pramono melanjutkan, PDIP tak hanya menjalin komunikasi politik dengan Gerindra. ''Ada yang lain,'' katanya. Rabu (6/5) sore, Mensesneg, Hatta Rajasa, bertandang ke rumah Megawati. Apakah pertemuan itu bagian dari jalinan komunikasi? Pramono tak menampik.

''Yang dibicarakan lebih besar daripada capres dan cawapres. Saatnya nanti akan kami sampaikan.'' Pramono hanya membantah jika PAN sudah berpaling ke PDIP, dengan syarat tidak ada Prabowo dalam koalisi mereka.Hatta membenarkan kedatangannya ke rumah Mega bagian dari menjalin komunikasi politik. ''Kita bicara yang ringan-ringan saja. Politik jangan dilihat panas terus. Teduh itu menyejukkan.''

Tapi, Wakil Ketua MPP PAN ini membantah sowannya ke rumah Megawati itu sebagai utusan Susilo Bambang Yudhoyono, ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. ''Saya tak punya kompetensi bicara soal koalisi,'' katanya.Ketua DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menyatakan, komunikasi politik kedua partai terus dilakukan, bahkan dilanjutkan. ''Demokrat tak pernah memandang PDIP sebagai musuh.''

Ketua DPP PDIP, Maruarar Sirait, menambahkan, kekurangan kursi agar partainya lolos mengajukan capres masih bisa didapat dari PAN dan PPP. ''Kan mereka belum ada kesepakatan institusi (dengan Demokrat),'' katanya. Untuk maju capres, dibutuhkan 112 kursi DPR atau 25 persen suara nasional. PDIP diperkirakan memperoleh 105 kursi DPR atau sekitar 14 persen suara nasional dalam Pileg. Pencapresan Megawati, kata Direktur Indo Barometer, M Qodari, kini tergantung dari sikap Prabowo, apakah bersedia menjadi cawapres. ''Bolanya memang ada di tangan Prabowo.'' ann/nan/wed


Jejak PDIP Mencari Cawapres

Berbulan-bulan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, mencari calon wakil presiden (cawapres) untuk menghadapi Pemilu Presiden (Pilpres) 8 Juli. Sejumlah nama sempat muncul. Berikut jejaknya:

27 Januari
Tiga cawapres yang disebut-sebut akan mendampingi Mega--Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sutiyoso, dan Akbar Tanjung menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Solo, Jawa Tengah. Rakernas akan membahas cawapres, terutama mengerucutkan nama-nama yang muncul.

28 Januari

Rakernas ditutup, jumlah cawapres malah membengkak. Selain Sultan, Sutiyoso, dan Akbar, juga muncul nama-nama: Hidayat Nur Wahid, Surya Paloh, Wiranto, Prabowo Subianto, Fadel Muhammad, Ryamizard Ryacudu, dan Djoko Santoso.

12 Maret
Megawati bertemu Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla. Pertemuan menghasilkan lima butir kesepakatan. Kesepakatan serupa diteken Megawati saat bertemu Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali, pada 19 Maret.

24 April
Mega bertemu JK setelah Golkar menutup pintu koalisi dengan Partai Demokrat--menyusul kebuntuan soal cawapres. Usai bertemu JK, Mega berkata, ''Saya pernah guyon. Semua maunya capres, sulit cari cawapres.''

25 April
- Rakernas PDIP menghasilkan rekomendasi yang pada poin tiga menyerahkan Megawati menentukan langkah strategis dan komunikasi politik untuk menentukan cawapres.
- Pada Rakernas itu, dari 33 DPD I, 30 mendukung Prabowo sebagai cawapres dan tiga DPD menyebut lebih dari satu cawapres.

26 April
- Mega bertemu Prabowo menyusul dukungan mayoritas peserta Rakernas kepada Prabowo.
- Pada hari itu pula, Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, menyatakan, pihaknya bersikeras Prabowo sebagai capres.

27 April
Ketua Bappilu Golkar meminta Megawati mundur dari capres dan membiarkan pasangan JK-Prabowo maju. Pernyataan itu langsung mendapat reaksi keras dari para petinggi PDIP. Ketua Bappilu PDIP, Tjahyo Kumolo, mengatakan, "Tak ada planB di PDIP."

30 April
Mega bertemu JK di rumah Puan Maharani.

1 Mei
- Koalisi Besar dideklarasikan, tapi tetap sulit mencapai kata sepakat soal capres/cawapres. Skenario lebih dari satu pasang capres/cawapres dari Koalisi Besar.
- Jumat malam pasangan JK-Wiranto dideklarasikan.

6 Mei
Hatta Rajasa, Mensesneg yang juga cawapres yang diusung PAN, menemui Megawati di rumahnya, Jl Teuku Umar. Ada dugaan Hatta datang untuk menawarkan kompromi tertentu kepada Megawati.

7 Mei
Rapat pleno PDIP menyatakan Megawati tetap capres.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar