Rabu, 08 Juli 2009

Kredibilitas Lembaga Survei


Kamis, 9 Juli 2009 | 05:48 WIB
Oleh Bestian Nainggolan dan Bambang Setiawan

KOMPAS.com-Hasil survei prapemilu oleh sejumlah lembaga yang memprediksi kemenangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dalam Pemilu Presiden 2009 mendekati kenyataan. Publikasi hitung cepat kian mengindikasikan hal itu.

Dengan keberhasilan ini, pantaskah survei dijadikan rujukan ideal dalam mengekspresikan opini publik?

Pemilu 8 Juli tidak saja menjadi ajang persaingan di antara ketiga pasangan kandidat presiden ataupun partai politik, tetapi sekaligus juga arena pembuktian kesahihan memprediksi di antara lembaga-lembaga survei.

Setelah perdebatan cukup panjang terkait dua hal, yakni netralitas lembaga penelitian dan dampak publikasi hasil penelitian, tiba waktunya melihat dengan arif lembaga survei atas dasar mutu hasil penelitian. Pemilu menjadi momen untuk menyeleksi manakah lembaga yang memiliki kredibilitas dan mana yang sulit dipercaya.

Merujuk pada hasil hitung cepat (quick count) yang dilakukan sejumlah lembaga survei sesaat setelah pengumpulan suara pemilu usai, pemenang pemilu presiden dapat ditebak saat ini. Dengan selisih perolehan yang cukup jauh, pasangan Yudhoyono-Boediono ditempatkan pada posisi teratas di kisaran 60-an persen dalam hitung cepat Pemilu Presiden 2009. Menyusul kemudian pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto di kisaran 27-an persen dan Jusuf Kalla-Wiranto 13-an persen.

Hasil hitung cepat ini menggenapi pula prediksi hasil pemilu yang sebelumnya dilakukan beberapa lembaga survei.

Tidak berubah


Ketepatan memprediksi Pemilu 2009 menjadi catatan tersendiri bagi perjalanan survei opini publik di negeri ini.

Menariknya, kondisi demikian terjadi secara konsisten pada ketiga ajang kontestasi pemilu (1999-2009) pada era liberalisasi politik ini. Selama itu, tidak ada satu pun lembaga survei yang berhasil memprediksi secara tepat dan akurat terhadap proporsi yang dicapai setiap peserta pemilu. Demikian pula tidak ada satu pun lembaga survei yang mampu mempertahankan secara konsisten dari waktu ke waktu ketepatan prediksi mereka.

Babak baru

Segenap hasil survei, baik yang berhasil maupun yang gagal dalam memprediksi hasil Pemilu Presiden 2009, menorehkan catatan tersendiri dalam sejarah penyelenggaraan survei opini publik di negeri ini. Apa yang terjadi belakangan ini memang tergolong dramatis.

Menariknya, di balik upaya pembuktian keakuratan dalam memprediksi, berlangsung pula persaingan pengaruh di antara para penyelenggara survei. Jika pembuktian akurasi prediksi dihasilkan dari ketepatan lembaga survei dalam menerapkan metode survei dan teknis penyelenggaraannya, persaingan pengaruh lebih terasakan saat ini sejalan maraknya publikasi survei dengan hasil yang berbeda, bahkan bertolak belakang.

Tidak heran isu independensi lembaga survei menjadi salah satu persoalan yang menyeruak pada Pemilu 2009.

Dalam kondisi semacam ini, keberadaan survei opini publik menjadi semakin dilematis. Ketepatan dalam memprediksi memang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk lebih memercayai hasil-hasil survei opini publik. (Litbang Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar