Kamis, 09 Juli 2009

KAMPUNG HALAMAN Fanatisme dari Pacitan dan Bone


Kamis, 9 Juli 2009 | 04:24 WIB

Rasa cinta dan bangga warga Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terhadap calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang lahir dan besar di daerah itu, begitu besar. Ketika pemilu presiden-wakil presiden, mereka mengekspresikannya dengan berusaha memenangkan ”Putra Pacitan” itu.

Warga Desa Ploso, Kecamatan Pacitan, Rabu (8/7), misalnya, memadati Tempat Pemungutan Suara (TPS) 1. Kursi di TPS yang hanya berjarak 50 meter dari rumah Susilo Bambang Yudhoyono itu terisi penuh. Mereka antusias mengikuti penghitungan suara.

Saat anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara menghentikan penghitungan suara untuk istirahat, warga tak sabar. Mereka berteriak, ”Lanjutkan.” Seruan itu adalah slogan pasangan SBY-Boediono.

Menurut Hartanto (45) dan Supadi (48), warga Ploso yang mengikuti penghitungan suara dari awal sampai akhir, mereka rela menghabiskan waktunya di TPS karena cinta kepada SBY. Mereka pun terdorong mengawasi penghitungan suara. Kecintaan itu tak hanya karena SBY orang Pacitan, tetapi mereka juga merasa selama lima tahun memimpin Indonesia, negeri ini lebih baik.

”Ia tak suka nepotisme. Buktinya, keponakannya yang bekerja sebagai kuli bangunan di Pacitan tidak lalu dipekerjakannya di Jakarta. Sosok seperti itu membuat saya terkesan,” papar Supadi lagi.

Perasaan cinta itu pula yang mendorong Sayuti (64), Marzuki (71), dan Isno (67)—ketiganya warga Desa Widoro, Pacitan— rela mencukur gundul rambutnya di depan TPS 1 Widoro, Rabu. Ada 10 orang lagi yang mencukur gundul rambutnya. Mereka sejak awal yakin SBY akan menang. ”Ide cukur gundul ini spontan dari warga,” jelas Isno.

Keyakinan akan kemenangan SBY-Boediono berawal dari kemenangan Partai Demokrat, yang didirikan SBY, dalam pemilu anggota legislatif 9 April lalu di Pacitan. SBY juga memberikan makna bagi kampung halamannya. ”Pacitan yang selama ini tertinggal dibandingkan kota lain di Jatim sekarang bisa lebih maju, lebih ramai. Jalan antarkota diperlebar dan diperbaiki,” kata Marzuki.

Sebagian warga Pacitan memilih menggelar doa bersama sebagai wujud kecintaan dan kebanggaan kepada SBY. Selasa malam, ada dua lokasi tempat doa bersama, yaitu di kediaman SBY di Ploso dan tempat SBY lahir di Desa Tremas, Kecamatan Arjosari. Mereka yang ikut dalam acara doa bersama itu pun yakin SBY bisa menang. Namun, agar keyakinan itu bisa tercapai, mereka mengundang campur tangan Tuhan.

Berharap kepada JK

Antusiasme mengikuti pilpres juga diperlihatkan warga Kelurahan Bukaka, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Rabu. Di kelurahan tempat rumah orangtua calon presiden M Jusuf Kalla (JK) itu, warga sudah selesai mencontreng sekitar pukul 11.00 Wita. Bahkan, sebelum pukul 14.00 Wita, penghitungan di delapan TPS di kelurahan itu sudah tuntas.

Sebagian besar warga Bukaka adalah kerabat JK. ”Saya dan sebagian besar warga di sini tentu berharap JK menang. Kami berharap Indonesia juga bisa dipimpin presiden dari luar Jawa,” ujar Rosdiana (41), warga Bukaka yang juga kerabat JK.

Asa akan tampilnya orang luar Jawa memimpin negeri itulah yang membuat warga Bukaka antusias menggunakan hak pilihnya. Mereka mutlak memberikan suara kepada JK.

Selasa malam hingga Rabu subuh, warga Bukaka juga menggelar doa dan zikir untuk kelancaran pilpres dan kesuksesan JK. Doa dipanjatkan berjemaah di masjid dan rumah keluarga besar Kalla.

Antusias warga tetap berbalut kesederhanaan dan suasana khidmat. Tak tampak kemeriahan pada rumah keluarga besar Kalla dan TPS di kelurahan itu. Delapan TPS yang ada di Bukaka hanya terbuat dari bahan balok dan tripleks seadanya, tanpa perlu menyewa tenda dari tempat penyewaan peralatan pesta. (APA/NIK/REN/NAR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar