Kamis, 02 Juli 2009

Klimaks Menuju 8 Juli

 


Jakarta, Kompas - Debat antarcalon presiden yang berlangsung Kamis (2/7) malam relatif menjadi klimaks dari rangkaian debat sebelumnya. Debat berlangsung cukup dinamis karena sesama calon sudah tak sungkan mendebat pandangan kompetitornya. Namun, seusai berdebat, para kandidat berjabat tangan akrab.

Kini saatnya rakyat pemilih mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan memori tentang semua pernyataan para calon untuk dijadikan rasionalisasi pilihan saat pemungutan suara 8 Juli mendatang.

Topik debat terakhir setelah masing-masing dua kali debat antarcapres dan debat antarcawapres adalah ”NKRI, Demokrasi, dan Otonomi Daerah”. Debat dipandu Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Pratikno.

Seperti debat sebelumnya, debat dimulai dengan paparan visi-misi calon. Namun, ”serangan” sudah langsung dimulai M Jusuf Kalla saat paparan visi-misi.

Kalla langsung menohok dengan menyebut peran vitalnya selama di pemerintahan dalam hal penyelesaian konflik di sejumlah daerah. Kalla juga menyentil iklan pemilu presiden satu putaran yang menurut dia telah mendudukkan demokrasi dalam pandangan uang semata. ”Saya menyesalkan demokrasi yang dinilai dengan uang,” katanya.

Jika alasannya adalah penghematan dana, lanjut Kalla, dia sejak 2008 telah meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) menekan anggaran pemilu. Biaya pemilu yang diajukan KPU Rp 45 triliun pun dapat ditekan hingga hanya menjadi Rp 20 triliun. Kalla khawatir jika pada 2014 ada iklan untuk ”lanjutkan terus” tanpa pemilu karena itu akan menghemat Rp 25 triliun

Atas sentilan itu, Susilo Bambang Yudhoyono terlihat terganggu. Saat menjawab pertanyaan kedua yang diajukan moderator, Yudhoyono menggunakan 30 detik yang tersisa untuk merespons pernyataan Kalla. Yudhoyono menyatakan, iklan pemilu presiden satu putaran bukan iklan kampanyenya. Pernyataan itu langsung direspons Kalla dengan menyatakan, ”Jadi iklan itu ilegal ya, Pak?”

Soal DPT

Pada pertanyaan tentang kasus daftar pemilih tetap (DPT) pemilu legislatif yang bermasalah dikaitkan dengan hak politik rakyat dan buruknya birokrasi pemerintahan, Yudhoyono sebagai penanggap pertama mengatakan hak politik rakyat harus diwadahi.

Kalla mengatakan, hak politik rakyat bukan hanya persoalan DPT, tetapi yang penting adalah adanya jaminan atas hak rakyat menyampaikan aspirasinya.

Pertanyaan soal kekacauan DPT memberikan ”umpan” kepada Megawati untuk menilai pemerintah yang tidak punya keinginan yang baik terkait pelaksanaan Pemilu 2009.

Megawati merujuk pengalaman Pemilu 2004 di mana hal tersebut tidak terjadi. Tak ayal, Megawati pun menyatakan pesimistis Pemilu 2009 akan berlangsung dengan baik.

Dalam klarifikasinya, Yudhoyono membantah bahwa Pilpres 2004 berjalan mulus. Ia pun meminta KPU segera memperbaiki diri dan pemerintah di berbagai tingkatan siap mendukung penyusunan DPT.

Sementara itu, menjawab pertanyaan menyangkut semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Kalla menyatakan bahwa cara pandang yang menyatakan salah satu suku tidak layak memimpin bangsa Indonesia adalah pandangan rasialis. Ia mengajak semua pihak berpikir jernih dan tidak picik.

Pada pengujung debat, Pratikno mengajukan pertanyaan pamungkas jika calon presiden ternyata gagal dalam pemilu nanti.

Megawati menyatakan akan terus mengabdi dan berjuang untuk rakyat Indonesia. Yudhoyono berjanji akan memberi selamat kepada calon pemenang dan mengajak konstituen mendukung siapa pun yang menang.

Dengan gaya khasnya, Kalla menyatakan akan menghormati siapa pun yang menang. Jika kalah, Kalla bakal pulang kampung, mengurus pendidikan dan masjid.

Jabat tangan

Saat istirahat seusai ”serangan” JK mengenai pilpres satu putaran, SBY dan JK berjabat tangan. Saat istirahat berikutnya, SBY menghampiri Megawati yang tengah duduk.

Sepanjang waktu istirahat, terlihat SBY menyeka keringatnya dengan sapu tangan.

Megawati mengatasi panasnya suhu udara dengan kipas putih. Sementara JK tidak terlihat kepanasan.

Sepanjang debat yang aturannya melarang tepuk tangan sebelum penjelasan capres selesai, JK mendapat tiga kali tepuk tangan spontan dari penonton, Megawati mendapat satu kali, tetapi tidak ada tepuk tangan spontan untuk SBY.

Untuk ketaatan pada batasan waktu yang ditetapkan panitia, SBY paling taat dengan tidak sekali pun melanggar batas waktu. JK melanggar tiga kali, sementara Megawati delapan kali.

Debat capres semalam diselenggarakan di tempat Indonesia Idol digelar. Entah karena terpengaruh suasana kontes-kontesan, Pratikno sebagai moderator mengawali setiap pertanyaan dengan ”Indonesia bertanya”, mirip dengan tagline pembawa acara Indonesia Idol, ”Indonesia Memilih”.

Ada peningkatan 

Menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bhakti, relatif sudah ada peningkatan kualitas dalam perdebatan terakhir ini. Sekalipun masih umum dan perlu diperdalam, setidaknya ada dasar bagi pemilih Indonesia untuk bisa bersikap lebih rasional.

Direktur Eksternal Komite Pemantau Pelaksana Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng menilai komitmen para capres terhadap otonomi daerah sudah baik, hanya saja belum terlihat langkah-langkah konkret. Ia mencontohkan komitmen SBY terhadap pemekaran daerah supaya ada moratorium, tetapi hingga kini belum dilakukannya.

”Otonomi daerah yang sudah berumur 10 tahun ini yang paling penting adalah bagaimana posisi rakyat dalam otonomi daerah. Apa yang sudah didapatkan rakyat, ini belum terungkap sampai sekarang,” paparnya. (DIK/INU/SIE/SEM/MZW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar